HAMPIR 16 tahun Persib Bandung tidak pernah lagi merasakan gelar juara dan menggenggam piala kebesaran dalam kancah sepakbola nasional. Dari musim ke musim kompetisi, aksi anak-anak Bandung berujung duka dan menguras air mata bobotohnya.
Entah apa yang menjadi penyebab sulitnya tim kebanggaan Jawa Barat itu meraih gelar juara? Sulit menjawab secara pasti. Pasalnya, membentuk tim yang tangguh dan berpotensi menjadi juara, tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak faktor yang memengaruhinya.
Tapi, Yudi Guntara, mantan pemain Persib era 90-an melihat, kegagalan beruntun yang dialami Maung Bandung tidak terlepas dari seringnya manajemen tim mengganti figur pelatih. Akibatnya, fondasi tim dan karakter yang sudah dibuat pelatih sebelumnya, mentah lagi ketika pelatih baru datang dengan seabreg program baru.
"Seorang pelatih pasti punya visi dan misi juara. Dia akan bekerja keras untuk menyuntikan semua kehebatannya. Tapi, tidak selalu dalam satu musim langsung bisa sukses. Semua itu berproses, karena sang pelatih harus mempelajari dulu jeroan tim yang dibesutnya," jelas Yudi pada persibholic.com.
Fakta sudah membuktikan, kegemaran Persib mengganti sutradara timnya, semakin menjauhkan Maung Bandung dari tangga juara kompetisi LSI. Artinya, sikap instan dalam membentuk tim, sudah tidak bisa dilegalkan atau dipertahankan lagi. Manajemen tim harus berani merubah pola pikir untuk tidak memaksakan kesuksesan tanpa proses yang panjang.
"Harus ada kepercayaan dari semua pihak kepada pelatih yang ditunjuk menangani tim. Jangan langsung main pecat saja, jika target yang dibebankan gagal dihamparkan. Beri kesempatan kepada pelatih yang baru menangani Persib, untuk melanjutkan visi dan misi juaranya," ungkap adik ipar Robby Darwis ini.
Dari manapun asal pelatih, perlakukannya harus sama. Pelatih diberikan kebebasan berbuat dan bekerja sesuai dengan keyakinannya, dan diberi kesempatan minimal dua musim menangani timnya. Hingga ia punya gambaran dan bisa menempatkan posisi Persib diposisi yang sebenarnya di peta persepakbolaan nasional. Dari situ baru target realistis dipetakan.
"Mau pelatih asing atau lokal, yang utama dia kenal dulu iklim dan jeroan Persib. Jangan diganggu dan diintervensi kerjanya. Berikan kebebasan seluasnya menciptakan Persib terhebat yang bisa memberi kebahagian buat bobotoh. Seorang profesional membutuhkan iklim sehat seperti itu. Bukan main pecat ketika ia gagal memamerkan kehebatannya meracik tim," beber Yudi. (Reza/Pahlawan)
Entah apa yang menjadi penyebab sulitnya tim kebanggaan Jawa Barat itu meraih gelar juara? Sulit menjawab secara pasti. Pasalnya, membentuk tim yang tangguh dan berpotensi menjadi juara, tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak faktor yang memengaruhinya.
Tapi, Yudi Guntara, mantan pemain Persib era 90-an melihat, kegagalan beruntun yang dialami Maung Bandung tidak terlepas dari seringnya manajemen tim mengganti figur pelatih. Akibatnya, fondasi tim dan karakter yang sudah dibuat pelatih sebelumnya, mentah lagi ketika pelatih baru datang dengan seabreg program baru.
"Seorang pelatih pasti punya visi dan misi juara. Dia akan bekerja keras untuk menyuntikan semua kehebatannya. Tapi, tidak selalu dalam satu musim langsung bisa sukses. Semua itu berproses, karena sang pelatih harus mempelajari dulu jeroan tim yang dibesutnya," jelas Yudi pada persibholic.com.
Fakta sudah membuktikan, kegemaran Persib mengganti sutradara timnya, semakin menjauhkan Maung Bandung dari tangga juara kompetisi LSI. Artinya, sikap instan dalam membentuk tim, sudah tidak bisa dilegalkan atau dipertahankan lagi. Manajemen tim harus berani merubah pola pikir untuk tidak memaksakan kesuksesan tanpa proses yang panjang.
"Harus ada kepercayaan dari semua pihak kepada pelatih yang ditunjuk menangani tim. Jangan langsung main pecat saja, jika target yang dibebankan gagal dihamparkan. Beri kesempatan kepada pelatih yang baru menangani Persib, untuk melanjutkan visi dan misi juaranya," ungkap adik ipar Robby Darwis ini.
Dari manapun asal pelatih, perlakukannya harus sama. Pelatih diberikan kebebasan berbuat dan bekerja sesuai dengan keyakinannya, dan diberi kesempatan minimal dua musim menangani timnya. Hingga ia punya gambaran dan bisa menempatkan posisi Persib diposisi yang sebenarnya di peta persepakbolaan nasional. Dari situ baru target realistis dipetakan.
"Mau pelatih asing atau lokal, yang utama dia kenal dulu iklim dan jeroan Persib. Jangan diganggu dan diintervensi kerjanya. Berikan kebebasan seluasnya menciptakan Persib terhebat yang bisa memberi kebahagian buat bobotoh. Seorang profesional membutuhkan iklim sehat seperti itu. Bukan main pecat ketika ia gagal memamerkan kehebatannya meracik tim," beber Yudi. (Reza/Pahlawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar