SEJAK zaman Kompetisi Divisi Utama Perserikatan Persib Bandung terkenal dengan sepakbola indahnya. Keindahan langgam sepakbolanya, mengantarkan Maung Bandung jadi Brazil-nya Indonesia. Karena keindahan sepakbolanya pula, kehadiran Maung bandung selalu dinanti bola mania nasional.
"Dimanapun berlaga, sepakbola indah selalu jadi ciri khas Maung Bandung. Sepakbola satu sentuhan mengalir deras dari kaki ke kaki. Merambat dari belakang hingga ke depan gawang. Ciri khas itu, berhasil mengangkat prestasi Persib dan membuat Persib jadi kiblat sepakbola nasional," jelas Yudi Guntara.
Di zaman itu banyak pemain Persib langsung mendapat simpati masyarakat. Bahkan menjadi idola di seantero bumi persada. Adjat Sudrajat meleganda. Robby Darwis jadi buah bibir pecandu sepakbola nasional. Adeng Hudaya, Bambang Sukowiyono dan pemain lainnnya membius para pesaingnya.
"Selain keindahannya, kekompakannya juga membuat pemain Persib jadi idola pesepakbola negeri ini. Karenanya, di lapangan mereka benar-benar menunjukan jadi dirinya sebagai pesepakbola yang mengedepankan kemenangan tapi tidak melupakan keindahannya dan seni sepakbolanya," beber mantan pemain Persib era 90-an.
Tapi, kini, setelah beredar di kompetisi ISL, keindahan sepakbola Bandung menguap. Jadi pemandangan langka dalam setiap aksi anak-anak Bandung. Puluhan ribu pendukungnya sudah jarang melihat sepakbola indah dimainkan tim pujaannya, Yang kini mengejar kemenangan semata dengan menihilkan sepakbola indah.
"Sekarang bak bumi dengan langit. Permainan dari kaki ke kaki jarang terlihat. Pemain yang datang silih berganti ke lambung kapal Persib, tidak bisa memghamparkan langgam sepakbola indah yang sudah jadi ciri khas Persib," beber karyawan Bank BJB pada
persibholic.com.
Sebagai mantan pemain yang pernah memainkan sepakbola indah, Yudi jelas kecewa dengan perubahan gaya permainan Maung Bandung. Apalagi, kehilangan langgam sepakbola indah dibarengi dengan kebangkrutan prestasi. Pasca juara Liga Indonesia perdana, Persib selalu gagal menggapai tangga juara.
"Saya kecewa ketika melihat permainan Persib saat ini. Persib terlihat tidak mempunyai lagi ciri khas seperti dulu. Pemain pun terlihat takut ketika harus memainkan sepakbola dengan ciri khas kaki ke kakinya," jelas Yudi.
"Sekarang ini, para pemain tidak sepintar seperti dulu. Kepercayaan diri para pemain sudah runtuh. Tak heran kalau saat bertanding, permainan Persib terkesan monoton dan tidak ada variasi," sambung pemain yang turut mengantarkan Persib juara LI perdana.
(Ziyan M Nasyith)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar